Cerita 1

Saat itu aku kelas 3 SMA, aku sudah mempunyai gambaran akan meneruskan kmn stlh lulus. Brosur yg ku ambil di Kedutaan Jepang selalu aku baca tiap hari. Salah satu syarat untuk meneruskan S1 di Jepang adalah nilai rata2 semua mata pelajaran adalah 8 pd saat itu.

Setelah selesai dg kegiatan turnamen Tae Kwon Do dan lomba debat bahasa Inggris, aku hanya punya waktu kira2 1,5 bulan untuk memperdalam mata pelajaran yg akan diujikan untuk ujian nasional, tak terkecuali bahasa Jepang. Mata pelajaran yg ku anggap paling sulit saat itu krn aku sempat ketinggalan bbrpa bab disebabkan aku sering ikut lomba debat bahasa Inggris 2x (di SMA PETRA 1 Surabaya dan di Universitas Airlangga) dan turnamen Tae Kwon Do di STIE Perbanas.

Sedikit kisah saat aku mengikuti lomba di SMA Petra 1. Setelah bbrpa sesi debat (debat itu terdiri dr 2 tim, dan 1 tim terdiri dari 3 orang, lomba debat model Australia kalo ga salah), katanya pd hari itu juga (hari pertama) akan diumumkan Best Speaker dr semua peserta. Waktu istirahat tiba, sambil makan, aku melihat urutan Best Speaker, urutan 1 temanku (yg ikut kursus bahasa Inggris), urutan 2 anak SMA 6, urutan 3 adalah aku. Aku terkejut, kalo dipikir, aku ini tidak pernah ikut kursus bahasa Inggris dimanapun, belajar hanya dr Play Station (PS-console game) aja. Jadi setiap main Play Station, dsampingku ada kamus bahasa Inggris yg fungsinya mbantuku saat aku kesulitan bahasa dan dari mendengarkan film berbahasa Inggris yg tayang tidak tiap hari. Padahal aku sempat membenci bahasa Inggris krn Eyangku selalu myuruh hapalan bahasa Inggris saat kelas 3 SD setiap aku n kakak menginap di rumahnya, yg menyebabkan aku jd paling hapal kosakata bahasa Inggris dikalangan teman2ku sekolah kala itu. Aku paham, mungkin Eyang melakukan semua itu krn Eyang mahir berbahasa Inggris, Jepang dan Belanda, makanya ingin menurunkan ilmu ke cucunya.

Singkat cerita, di penghujung SMA, ketika teman2 yg lain asyik memainkan gitar, bersenda gurau, mengobrol di luar kelas, aku juga asyik bergaul dg kamus bahasa Jepang, buku latihan ujian nasional dan buku panduan belajar bahasa Jepang. Ya, aku kelas 3 bahasa saat itu.
Dalam waktu 1,5 bulan itu, aku hanya berkutat dg buku2 latihan soal ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jepang setiap hari. Di sekolah tanganku tak lepas dr buku. Pun di rumah jg sama. Sesekali aku hanya istirahat untuk shalat, makan, mandi. Selain waktu tersebut, aku trs memegang buku dan pulpen. Waktuku tak banyak, pikirku kala itu.

Dan ujian nasional yg dinanti tinggal seminggu lagi. Alhamdulillah belajarku sudah usai, aku hanya tinggal membaca ulang tiap hr. Wali kelasku, tiba2 sms "Wi, setiap hari jangan lupa membaca surat alam nasyrah 10x sehabis shalat, Ibu doakan supaya ujian kalian lancar dan lulus". Tiap hari setelah shalat, aku baca surat itu, tak lupa mohon kelancaran ujian pd Allah.

Dan 3 hari ujian itu, pagi hari selalu aku lalui dg shalat dhuha di mushola SMA dan membaca surat alam nasyrah 10x tiap sebelum masuk ruang ujian. Alhamdulillah hari2 ujian aku hadapi dg tenang n benderangnya pikiranku.

Tak percuma aku belajar tiap hari. Alhamdulillah nilaiku bagus2, maasyaaAllah. bahasa Indonesia 8,17. bahasa Inggris 8,83. bahasa Jepang 9,83. Nilai mata pelajaran yg lain alhamdulillah rata2 8. Aku langsung mengurus persyaratan untuk kuliah S1 di Jepang.

Semua persyaratan aku kirim ke Kedutaan Jepang yg berada di Jakarta. Sambil menunggu hasil seleksi, aku menginap di rumah sahabat karibku jaman SMP yg berada di Sidoarjo.

Saat yg dinantikan tiba, aku telepon Kedutaan yg berada di Jakarta. Jawaban dari Kedutaan benar2 membuatku serasa disambar petir. Pulang dr wartel bersama temanku, seperti orang benar2 putus cinta, aku langsung menangis dipelukannya di kamarnya tanpa bisa berkata apa-apa. Temanku hanya terdiam, mengelus punggungku sambil setia menungguku menumpahkan segala emosiku.

Bbrpa waktu kemudian, aku memutuskan untuk mengambil kuliah S1 di Universitas yg terdapat jurusan Sastra Jepang. Alhamdulillah aku masih menyimpan brosur ketika ada festival Jepang di SMA 1 Sidoarjo. Jadi aku langsung mantap memilih Universitas Dr. Soetomo (saat itu bapak menyuruhku memilih Universitas Negeri, aku tidak mau, alasanku krn UNESA adalah bahasa Jepang bukan sastra Jepang, sdgkan UNAIR blm ada jurusan sastra Jepang kala itu, setahun kmudian ternyata baru ada.). Aku yakin memilih krn jurusan ini sudah ada jauh bbrp tahun yg lalu, tahun 1994 kalo tidak salah. Di kampus inilah aku bertemu suamiku.

Setelah menikah, aku ceritakan semua kisahku tadi. Termasuk saat aku menangis seperti orang putus cinta krn tidak jadi berangkat ke Jepang (sambil tertawa aku menceritakan bagian ini). Lalu suamiku berkata "kalo kamu jadi berangkat ke Jepang, maka kamu ga akan kuliah di kampus itu dan ga akan bertemu denganku" dg tatapan sedihnya. Sambil tersenyum bijak aku menghiburnya "kalo emang berjodoh, dimanapun berada, pasti akan dipertemukan oleh Allah, sayangku" :)

note :
cerita ini murni ingin berbagi cerita mengenai usaha manusia,
segala kepintaran dan kemahiran saya adalah rahmat Allah krn kasih sayangNya padaku

0 comments: